Nama Jerman akhir – akhir ini
memiliki konotasi negatif dalam pendengaran masyarakat awam Indonesia. Jerman
seringkali di identikan dengan negara yang begitu bebas bahkan menjadi sarang
LGBT, hingga ada sebuah lelucon mengenai Jerman, misalnya saja “joko dan anwar
kemudian menikah kemudian hidup bahagia di jerman”, seolah – olah Jerman adalah
surga bagi LGBT. Hal tersebut memang tidak salah karena dalam peraturan di
negara Jerman tidak melarang adanya pernikahan sesama jenis. Oke, lupakan
mengenai pernikahan sesama jenis, kali ini kita akan membahas bagaimana
sebenarnya sejarah masyarakat Jerman dan kaitannya dengan sejarah Eropa di masa
lampau melalui tulisan ini.
Pada masa awal kalender Masehi,
kurang lebih sekitar abad ke – 9 tanah Eropa khususnya daerah Jerman belum
seperti sekarang yang begitu gemerlap dengan berbagai ornamen yang indah. Pada
masa tersebut daerah Jerman sekitar Sungai Rhine begitu rimbun dengan Hutan
Boreal yang begitu lebat, musim dingin yang menggigit juga menjadi
pemandangan biasa. Sungai tersebut juga yag menjadi saksi kekalahan salah satu imperium
besar di dunia yaitu Kekasiaran Romawi atas suku – suku Jermanik.
Tidak kepalang tanggung dalam
ekspedisi menyerbu ke Jerman, Romawi mengerahkan 11 Legion sekaligus
yang berada dibawah pimpinan dari Legatus Gaius Sentius Saturnius yang
terdiri dari 100.000 prajurit, yang terbagi dalam 60.000 kekuatan infanteri
berat, 20.000 kavaleri dan pemanah, serta 20.000 pembantu militer dari
masyarakat sipil untuk menaklukan tanah Jermania. Upaya Romawi untuk menaklukan
tanah Jermania sempat terbendung oleh kekuatan Suku Marcomani yang
berada dibawah pimpinan Raja Maroboduss, Romawi sempat berhasil menusuk kedalam
wilayah Jermania bahkan 3 Legion bertahan untuk mendirikan pemerintahan
disana dengan pimpinan Publius Quintillius Varus sebagai gubernur Jermania.
Pemerintahan Varus begitu keras, bahkan untuk daerah yang berada dibawah
pemerintahannya, dirinya tidak segan – segan dilakukan penyaliban untuk para
pemberontak atau orang – orang yang dianggap mengganggu jalannya pemerintahan Romawi.
Salah satu hal menarik disini
adalah Romawi selalu mempekerjakan orang – orang dari daerah jajahan mereka.
Romawi tidak pernah ragu untuk merekrut atau melebur angkatan perang dari bekas
musuh setelah mereka berhasil menaklukan daerah tersebut, salah satunya adalah
tanah Jermania ini. Suku Cherusci yang merupakan salah satu suku di
daerah Jermanik yang berhasil ditaklukan oleh Romawi sebagian kecil dari
masyarakatnya juga berkarir dalam dinas kemiliteran Romawi, salah satunya
adalah Arminius yang merupakan perwira Romawi. Di masa arminius menjabat
sebagai salah satu perwira Romawi ini menjadi permulaan untuk kemunduran kekuasaan
Romawi atas tanah Jermania.
Arminius yang begitu dipercaya
oleh Gubernur Varus justru menusuk dari belakang. Saat banyak dari pasukan Romawi
yang dipulangkan ke daerah Illyra, diam – diam arminius melakukan
komunikasi dengan orang – orang Jermanik yang tidak suka dengan Romawi. Sekitar
50 suku Jermanik berhasil dihimpun oleh Arminius. Saat pemberontakan pun tiba,
di daerah sekitar Bukit Kalkriese dengan kekuatan 3 Legion
dibawah arahan dari arminius. Sesungguhnya Gubernur Varus sudah mendengar kabar
burung dari suku Jermanik lain bahwa akan dilakukan pemberontakan oleh suku –
suku Jermanik yang dipimpin oleh Arminius sendiri, akan tetapi varus tidak
mempercayai hal tersebut karena menganggap itu hanya berita bohong yang dibuat
– buat untuk mengadu domba antara dirinya dengan perwira - perwiranya. Bukit Kalkriese
yang memang terkenal dengan medannya begitu berat dan jalanan yang sempit
membuat pasukan Romawi tidak dapat bergerak dalam formasi tempur Testudo,
sehingga terpaksa pasukan ini menjadi barisan yang memanjang sekitar 15 Km.
kondisi semacam itu menjadikan pasukan Romawi tidak efektif untuk menahan
serangan lawan.
Serangan dimulai dengan proses
penyergapan oleh para pasukan Jermanik dari sisi kiri kanan barisan yang telah
menyiapkan tanggul, parit, hingga tembok kayu non – permanen di area yang akan
menjadi lintasan pasukan Romawi. Pasukan Romawi yang tidak siap dengan hal
tersebut segera menjadi bulan – bulanan, pertempuran yang seharusnya imbang
justru menjadi festival pembantaian. Disaat pasukan Romawi sedang kocar –
kacir, Gubernur Varus dan beberapa perwira tinggi lain memutuskan untuk bunuh
diri dari pada ditangkap hidup – hidup, hal ini tidak mengherankan karena para
tawanan yang ditangkap hidup – hidup juga akan berakhir pada kondisi yang lebih
buruk, seperti dijadikan persembahan kepada para Dewa Jermanik atau dijual
menjadi budak.
Kemenangan telak membuat pasukan Jermanik
merangsek maju ke tepian barat Sungai Rhine, mereka kemudian
membersihkan pos – pos militer pasukan Romawi yang sebelumnya berdiri di
sekitar Sungai Rhine. Satu Legion bertahan di sisi timur dari Sungai
Rhine untuk menunggu bantuan datang dari Roma dengan tujuan mencegah Arminius
dan sekutunya menyeberangi sungai.
kegagalan Romawi dan ekspedisi
yang dirasa tidak sepadan dengan apa yang mereka peroleh dari tanah Jermania
membuat Romawi pada akhirnya tidak melanjutkan untuk ekspedisi penaklukan Jermania
pada masa – masa berikutnya. Jerman akhirnya menjadi penanda batas dimana Eropa
Utara dan Eropa Selatan yang mana memiliki perbedaan bahasa, budaya, dan
karakter masyarakat, bahkan hingga masa sekarang.
Komentar
Posting Komentar