Human Being


Jadi di suatu siang di sebuah negara yang bernama Indonesia, saya yang sedang asik dengan pekerjaan saya tiba – tiba terlintas begitu saja sebuah pikiran acak. Lantas apakah pikiran random tersebut sehingga sampai saya harus menuliskannya disini, untuk clue pertama yang bisa penulis sebutkan ini adalah mengenai sebuah pembahasan mengenai konsep filosofis dari kehidupan manusia. Penasaran dengan ceritanya, yuk kita langsung saja ke pembahasannya!

Why?

Salah satu yang cukup mengusik saya hari ini adalah bagaimana sebenarnya manusia adalah sekumpulan mahluk hidup yang berusaha untuk selalu hidup dalam kebersamaan, sebenarnya tidak hanya manusia saja, hewan dan tumbuhan pun juga hidup dalam sebuah kelompok. Jika ditelusuri dari pikiran tersebut mungkin akan kita temukan sebuah konsep sederhana yaitu “manusia adalah mahluk sosial”, semua orang pasti sudah tau mengenai definisi dari kalimat tersebut bukan, beberapa penelitian membuktikan bahwa risiko kematian bisa meningkat seiring dengan tingkat kesepian seseorang manusia. terdapat beberapa laporan mengenai beberapa kasus bunuh diri dari imigran, beberapa diantaranya adalah imigran berupaya bunuh diri karena kehilangan identitas sosial atau struktur budaya asal mereka, seperti bahasa, sikap, dan norma.[1] Kemudian terdapat penelitian oleh beberapa ilmuwan asal Inggris yang mencoba untuk membuktikan mengenai tingkat kesepian berpengaruh terhadap risiko kematian, dari penelitian tersebut diperoleh grafik sebagai berikut


Source : The longituinal relationship between loneliness, social isolation, and frailty in older adults in England: a prospective analysis, Lancet Healty Langev, 2021

Pada dasarnya manusia sangat membutuhkan orang lain, terutama dalam hal ini adalah mengenai eksistensi diri mereka. Lalu penulis juga memikirkan bahwa sebuah kebudayaan hingga keteraturan sosial itu dibangun dari kesepakatan – kesepakatan komunal, kita bicara soal hal yang sederhana saja, manusia berpakaian pada awalnya adalah untuk melindungi mereka dari cuaca, suhu dan alam liar.[2] Lalu seiring perkembangan kesadaran manusia mengenai fashion, mereka mulai mengenal pakaian sebagai bentuk dari kebudayaan hingga berkembang sampai saat ini. Budaya sendiri dibangun oleh kesepakatan sosial untuk mengikat satu sama lain dalam satu keseragaman, jika kita melanggar budaya atau norma yang telah ditetapkan maka kita dianggap menyimpang, atau bahkan dianggap gila, seperti misalnya bahwa masyarakat Indonesia mayoritas adalah religius, jika seseorang keluar dari sekumpulan masyarakat tersebut akan dianggap tersesat dan perlu ditunjukkan jalan yang lurus, padahal sebuah budaya religius juga dibentuk dari kesepakatan bersama yang artinya belum tentu juga benar.  lantas mengapa itu bisa terjadi, mengapa manusia suka sekali menyeragamkan sesuatu, kemudian menyalahkan sesuatu yang dianggap tidak sesuai dengan kesepakatan bersama, apakah ini sekedar naluri alamiah, atau mekanisme biologis untuk bertahan hidup? pertanyaan - pertanyaan yang terdengar sederhana namun memiliki sebuah misteri yang begitu besar.

Eksistensi manusia berdasarkan kisah dan teologi

Diantara kebingungan tersebut, penulis menemukan salah satu kisah yang cukup menarik mengenai eksistensi manusia dan mungkin bisa sedikit membuka peluang mengenai keberadaan manusia adalah kisah “the egg” oleh Andy Weir. The Egg ini menjelaskan bahwa manusia didalam alam semesta yang luas ini adalah sebuah telur yang sedang dirawat oleh sosok yang bisa dikatakan sebagai ‘tuhan’, jadi pada dasarnya di dalam cerita ini dikatakan bahwa seluruh manusia adalah satu entitas, namun terbagi dalam berbagai peran dan peran itu untuk mendukung diri mereka sendiri, jadi kita adalah satu entitas yang terbagi – bagi di setiap zaman masing – masing, kisah ini memberitahu kita bahwa anda adalah saya, saya adalah anda, untuk lebih mudahnya bisa langsung mengunjungi kisahnya di the egg atau kalian bisa menonton di salah satu link youtube berikut the egg - a short story selanjutnya ada juga salah satu teori menarik mengenai wahdatul wujud/manunggaling kawula gusti, yang memberikan sebuah penjelasan bahwa manusia adalah satu wujud kesadaran yang kecil, atau sebagian kecil dari entitas yang disebut sebagai ‘god’, karena manusia diciptakan dari serpihan ruh tuhan, karena tuhan sendiri menciptakan dunia dan isinya juga dari dirinya sendiri.

Konklusi

Memang pembahasan mengenai konsep eksistensi adalah sesuatu yang rumit, akan tetapi jika dilihat dari bagaimana konsekuensi dari ketika manusia kehilangan ikatan sosial dengan sekitarnya, maka manusia akan seperti seonggok daging yang telah mati, tidak jarang beberapa diantara kita yang kehilangan orang tercinta, kehilangan jati diri menjadi merasa depresi, bahkan berujung pada kematian. Manusia tidak pernah bisa hidup tanpa adanya orang lain, selain itu beberapa kisah dan teori diatas juga seolah menunjukkan bahwa memang manusia adalah satu jiwa yang sama, satu jiwa yang ingin disatukan kembali, sejak beribu – ribu tahun manusia berusaha menyatukan dirinya satu sama lain dengan berbagai cara, mulai dari membentuk identitas kesukuan, kerajaan, ajaran agama hingga pemerintahan modern yang kita kenal sebagai demokrasi, yang diungkapkan sebagai suara rakyat adalah suara tuhan. Apakah kamu setuju? Tuliskan pendapatmu di kolom komentar, terima kasih sudah membaca.



[1] Yulianti, Kesepian dan Ide Bunuh Diri di Kalangan Tenaga Kerja Indonesia, (PSIKOLOGIKA : Jurnal Pemikiran dan Penelitian Psikologi, 2019), hlm. 37.

[2] Shintaloka, Kenapa Manusia Harus Berpakaian, (Kompas.com, 2021), tanpa halaman.

Komentar