Imperium Majapahit merupakan salah satu imperium yang pernah berdiri di
Nusantara, kenapa saya sebut sebagai imperium, hal ini karena sifat Majapahit
yang lebih cenderung memiliki banyak Vassal State di Nusantara, selain itu juga
kerajaan ini diselimuti sejarah yang cukup besar, variatif dan juga misteri
yang belum terungkap. Beberapa informasi terkait dengan Imperium Majapahit
masih banyak yang belum ditemukan, hal ini dikarenakan informasi secara
tertulis yang minim, kebanyakan hanya berupa bukti peninggalan yang berwujud
benda, wilayah, hingga pengaruh budaya. Terutama sesuatu hal yang berkaitan
dengan sistem perekonomian, karena itu dalam pembahasan kali kita akan menguak
bagaimana sistem perekonomian yang dilaksanakan oleh Imperium Majapahit.
Kerajaan Majapahit
dan sistem kerajaan vassal
Kerajaan Majapahit pada awalnya adalah kerajaan
kecil yang didirikan di daerah maja yang berupa pemukiman kecil disekitaran
Sungai Brantas, pada awalnya sendiri kerajaan majapahit hanya mengandalkan
sektor pertanian, hasil panen tersebut kemudian diperjual belikan melalui jalur
sungai yang kemudian membuat Kerajaan Majapahit semakin berkembang dan semakin
maju dengan memanfaatkan pelabuhan di pantai utara seperti Hujung
Galuh(Surabaya), Tuban, dsb disertai dengan pengembangan irigasi dan sistem
kanal yang baik. lalu dengan ekspansi mereka di daerah – daerah lain. Majapahit
seiring perkembangan zaman, terutama di masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk, dan
hal ini dituliskan dalam Kitab Negarakertagama bahwa Kerajaan Majapahit begitu
besar, luar biasa dan membentang dari Sumatera hingga Papua.
Perlu diketahui Majapahit tidak menerapkan ekonomi terpusat, melainkan lebih mirip sistem perekonomian Indonesia di masa kini, yaitu menerapkan otonomi daerah bagi kerajaan – kerajaan vassalnya baik itu secara politik, sosial, ekonomi hingga kemiliteran(meskipun pada akhirnya tetap urusan keamanan juga Majapahit terlibat untuk mengirimkan armada perangnya ke daerah – daerah yang dianggap melakukan pemberontakan). Selanjutnya masih berhubungan dengan perekonomian kerajaan vassal memberikan upeti/tanda persatuan dengan Kerajaan Majapahit, jadi pada dasarnya majapahit tidak secara penuh berkuasa seperti kolonialisme dan imperialisme yang dilakukan oleh bangsa eropa pada masa penjelajahan Samudra, wilayah vassal bebas berpolitik dan menentukan pemimpin mereka, bahkan tidak jarang terjadi peperangan perebutan kekuasaan di daerah vassal majapahit.
Ekonomi Global
Majapahit juga dikenal sering menarik para pedagang
asing dari jauh seperti dari India, Khmer, Siam, dan China untuk berdagang di
Majapahit. Sistem perkonomian seamcam ini berlanjut pada periode selanjutnya,
dalam berita China yang berjudul Yingyai Shenglan disebutkan bahwa kebanyakan
dari pedagang China dan pedagang-pedagang Muslim dari barat (tepatnya Arab dan
India, sebagian besar dari kerajaan Muslim di Sumatra dan Semenanjung malaya)
menetap di kota-kota pelabuhan Majapahit, seperti Tuban, Gresik dan Hujung
Galuh (Surabaya). Penerapan pajak/cukai terhadap para pedagang asing. Imperium
Majapahit memiliki hubungan diplomatik dan perdagangan dengan China dinasti
Ming, Annam dan Champa, Kamboja, Siam Ayutthayan, Burma dan India selatan
(Wijayanagara). Sebagai salah satu pemain ekonomi global pada tingkat regional
nusantara, Majapahit terlihat cukup dominan. Wilayah - wilayah yang tersebut
dalam sumber tertulis menampakkan telah terjadi interaksi dengan Majapahit
apakah dalam bidang politik dan juga ekonomi. Kecanggihan maritim Majapahit
diakui sebagai salah satu yang termaju di jamannya, pelabuhan-pelabuhan laut
maupun sungai memperlihatkan jaringan perdagangan global yang cukup maju.[i]
Dapat kita simpulkan bahwa perekonomian Majapahit di masa lampau
sebenarnya diwariskan secara tidak langsung kepada Indonesia di masa sekarang
yang menganut sistem otonomi daerah, serta sektor penunjang perekonomian yang
tidak jauh berbeda mengandalkan pertanian serta perdagangan dan sumber daya
maritim, hal ini sebenarnya sudah sangat tepat bagi Majapahit dan Indonesia
dengan melihat faktor geografis yang dipisahkan oleh lautan serta keberagaman
dari budaya masyarakatnya sehingga perlu otonomi daerah, karena jika
dilaksanakan secara terpusat hanya akan menimbulkan kecemburuan dan sentimen
dari masyarakat, hanya saja di masa sekarang Indonesia perlu usaha lebih lagi
agar dapat memaksimalkan sektor kemaritiman sebagai pilar penunjang
perekonomian bangsa
[i] Deny Yudo Wahyudi, Kerajaan
Majapahit : dinamika dalam sejarah nusantara(Malang: Jurusan Sejarah FIS
Universitas Negeri Malang, 2013), hlm. 90.
Referensi
:
Wahyudi,
D. Y. (2013, Juni). Kerajaan Majapahit : dinamika dalam sejarah nusantara. Sejarah
dan Budaya, 88-95.
Komentar
Posting Komentar